Selasa, 20 April 2010

PENELITIAN SEBAGAI PROSES ILMIAH

A. Dua pilar Ilmu Pengetahuan

Hubungan timbal balik antara teori dan praktek, antara berpikir dedukasi dan induksi, tidak boleh terputus , tetapi harus selalu dikembangkan. Itulah sebabnya perkuliahan di perguruan tinggi sebagai lembaga pengelola ilmu selalu berhubungan dengan penelitian (teaching research)

B. Tahap-tahap dalam proses penelitian

Penelian sebagai suatu proses dedukasi dan induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis dan terkendali. Tahap-tahap dalam prose situ teratur secara sistematis. Kita tidak boleh langsung melakukan tahap tertentu sebelum melewati tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagai tahap tersebut . konsep-konsep yang merupakan sasaran penelitian diuraiakan secara oprasional tas indikator-indikator empiris. Dengan indikator-indikator tersebut konsep yang abstrak itu terhubungkan dengan kenyataan-kenyataan empiris.

Yang harus dlalui secara sitematis dalam suatu penelitiab empiris ada sepuluh tahap yaitu :

1. Konseptualisasi Masalah

Sesuai denga cirri ilmu yang demikian, maka proses penilitian ilmiah diawali dengan merumuskan pernyataan penilitian atau apa yang disebut konseptualisasi masalah. Ada dua hal yang berhubungan dengan ini yaitu masalah (subtansi) yang dipertanyakan dan pernyataan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi).Konseptualisasi msalah ini menentukan tahap-tahap berikutnya.Jika terjadi kekeliruan pada tahap ini,maka seluruh tahap berikutnya akan mengalami kekeliruan.Oleh karena itu,tahap ini harus dilakukan dengan teliti.

2. Tujuan dan hipotesis

Pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pernyataan itu disebut hipotesis penelitian.Oleh karena itu,tahap selanjutnya setelah konseptualisasi masalah adalah perumusan tujuan dan hipotesis. Tujuan dan hiupotesis inilah yang mengandalikan semua kegiatan peneitian.

3. Kerangka dasar penelitian

Masalah-masalah yang dihadapi oleh peneliti memerlukan suatu penjelasan yang disusun dalam kerangka teoretis tertentu.Masalah pengangguran,misalnya,memerlukan penjelasan dengan menggunakan konsep-konsep yang berhubungan dengan pengangguran tersebut,seperti investasi,tabungan masyarakat,pertumbuhan penduduk,urbanisasi dsb. Konsep itu saling berhubungan terbentuk beberapa proposisi.

4. Penarikan sampel

Supaya data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis itu dapat dikumpulkan,maka harus jelas dimana data tersebut dikumpulkan dan strategii apa yang digunakan untuk mengumpulkannya.Tahap ini disebut perumusan populasi dan sampel penelitian.Hasil dari proses penarikan sempel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.

5. Kontruksi Instrumen

Selanjutnya perlu ditetapkan bagaimana mengumpulkan data dari sampel yang telah ditetapkan itu.

6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian hipotesis.Untuk itu perlu ditentukan metote pengumpulan data yang sesuai dengan setiap variabel,supaya diperoleh informasi yang valid dan dapat dipercaya.

7. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan itu masih berupa data mentah,sehingga perlu diolah supaya dapat dianalisis.Pengolahan ini dilakukan dalam 3 tahap,yaitu editing(penyuntingan),coding(pemberian kode),dan penyusunannya dalam master sheet(tabel induk).

8. Analisis Pendahuluan

Analisis data penelitia dilakukan dua tahap,yaitu analisis pendahuluan dan analisis lanjut.Analisis pendahuluan bersipat deskriptif dan terbatas pada data sampel.Maksud analisis ini adalah untuk mendeksripsikan setiap variabel pada sampel penelitian dan untuk menentukan alat analisis yang akan dipakai pada analisis selanjutnya.

9. Analisis Lanjut

Analisis selanjutnya setrlah analisis pendahuluan adalah analisis inferensial yang diarahkan pada pengujian hipotesis.

10. Interpretasi

Hasil analisis ini kemudian diinterfrestasikan melalui proses pembahasan.Tahap ini disebut analisis dan interpretasi hasil penelitian.

C. Komponen Informasi dan Komponen Metodologi

Tahap-tahap yang ditempuh dalam proses di atas tidak membedakan tahap yang bersipat hasil temuan dengan tahap yang bersipat cara atau proses menemukan. Wallace membedakan kedua jenis sifat tersebut dalam dua macam komponen.Hasil temuan itu disebut komponen informasi,dan cara menemukannya disebu komponen metodologi.Dengan perbedaan seperti itu maka keseluruhan proses penelitian terdiri atas 5 komponen informasi dan 6 komponen metodologi.

Kelima komponen informasi dalam tahap-tahap penelitian adalah

1. Teori

2. Hipotesis

3. Pengamatan

4. Generalisasi empiris

5. Penerimaan atau penolakan hipotesis

Informasi tersebut ditemukan melalui 6 komponen metodologi yaitu

a. Deduksi logis

b. Interpretasi hipotesis,instrumentasi,skala pengukuran,sampling

c. Penyederhanaan (dengan statistik,estimasi parameter)

d. Pembentukan dan proposisi

e. Pengujian hipotesis

f. Inferensial logis.

Cara pertama:bagian kanan,dan bagian kiri.Kedua bagian ini dipisahkan oleh garis yang ditarik dari komponen (1) ke komponen pengamatan (3) Bagian sebelah kanan ini terdiri atas teori – deduksi logis – interpretasi hipotensis,sampling,skala pengukuran,instrument – pengamatan,yang dapat disebut sebagai proses menerapkan teori. Bagian sebelah kiri dimulai dari pengamatan – rangkuman – generalisasi empiris – pembentukan teori – teori,yang disebut sebagai proses pembentukan teori.

Cara kedua:Bagian atas,dan bagian bawah.kedua bagian ini dipisahkan oleh garis mendatar yang ditarik dari komponen generalisasi empiris (4) ke komponen hipotesis (2) Bagian atas disebut proses berteori dengan metode logika,dan bagian bawah disebut proses melakukan penelitian empiris.

TAHAP 1: BERTEORI (deduktif)

Peneliti berteori terhadap persoalan yang sedang dihadapi. Misal: peneliti melihat pertumbuhan jumlah kaki lima (ini dilihat sebagai suatu gejala masalah pengangguran yang kemudian akan menelusuri berbagai literatur yang ada, terutama teori sosial dan ekonomi, kemudian mulai menjelaskan (berteori) mengenai kaki lima tersebut)

TAHAP 2: BERHIPOTESIS

Peneliti diarahkan oleh produk berpikir deduktif untuk memberi jawaban logis terhadap apa yang sedang menjadi pusat perhatian dalam penelitian, dan akhirnya produk berpikir deduktif menjadi jawaban sementara terhadap apa yang dipertanyakan dalam penelitian dan menjadi perhatian itu. Jawaban tersebut dinamakan hipotesis.

Hipotesis bukan jawaban final penelitian, akan tetapi merupakan jawaban sementara tentang hubungan antara gejala-gejala yang menjadi permasalahan dalam proses penelitian.

Hipotesis diajukan dalam bentuk dugaan kerja atau dugaan teoretis yang merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan adanya hubungan tersebut.

TAHAP 3: PENYEDIAAN PERANGKAT PENELITIAN

Berupa : Metode Penelitian, yaitu sebuah proses yang terdiri dari:

  • rangkaian tata cara pengumpulan data,
  • diteruskan dengan merekam data di lapangan (hipotesisi diadili)
  • Penerimaan atau penolakan hipotesis. Hipotesis penelitian diterima berarti fakta “menolak” hipotesis, sedang apabila “diterima” berarti sebaliknya.

TAHAP 4: PROSES ANALISIS INDUKTIF

Simpulan-simpulan fakta atas hipotesis menjadi jawaban “sebenarnya” pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini. Namun belum berhenti sampai suatu proses ilmiah dari penelitian tersebut. Karena setelah selesai mengumpulkan data dan pengujian-pengujian hipotesis, peneliti harus melakukan serangkaian proses analisis. Berarti peneliti berjalan dari hal-hal yang khusus (fakta) menuju kepada hal-hal yang umum, yaitu teori keilmuan yang merupakan sumber hipotesis dalam proses ilmiah ini.

Inilah bobot proses dari penelitian dan ilmu pengetahuan yang sempurna, yang membuat keduanya tak mungkin dipisahkan satu sama lain.

Tulisan Yang Berkaitan:

  1. Proses Jaring Aspirasi Masyarakat p align=”justify”strongPROSES PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN RENSTRA KOTA BANDAR LAMPUNG/strong /p p align=”justify”Di dalam penyusunan rentra Kota Bandar Lampung masyarakat...
  2. Persyaratan Penelitian (research) Tanpa adanya penelitian, pengetahuan tidak akan bertambah maju. Padahal pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi penelitian sebagai dasar...
  3. Jenis Pendekatan Penelitian Langkah memilih pendekatan penelitian lebih tepat ditempatkan setelah peneliti menentukan dengan tegas variabel penelitian. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa...
  4. Metode Analisis Isi Metode analisis isi (content analysis) merupakan suatu metode yang amat efisien untuk menginvestigasi isi media baik yang tercetak maupun media...
  5. Analisis, Penelitian, Metodologi Pengertian Analisis Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb). Penguraian suatu...

Daftar Pustaka :

1. Babbie, Earl.1992.The Practice of Social Research.Belmont :Wadsworth Publishing Company,

2. Bandingkan dengan Nan Lin.1976.foundations of social Research.New York: McGraw-Hill Book Company,

3. Wallace,Walter.1979.”An Overview of Elements in the Scientific Process”dalam jhon bynner dan Keith M.Stribly(ed.),Social Research :Principles and Procedures.New York:longman in association with the Open university Press,


HAKIKAT ILMU DAN PENELITIAN

A. Pengetahuan
Pengetahuan itu pada hakikatnya meliputi semua yang diketahui oleh seseorang tentang obyek tertentu. Seseorang mengetahui apa yang dimaksud dengan dosa, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, mengetahui cara memainkan gitar mengetahui mengapa tanaman menjadi subur jika diberi pupuk dan sebagainya. Seorang nelayan yang tinggal di pinggir pantai mengetahui bahwa pasang naik setiap bula purnama dan pasang surut setiap bulan mati ia memperoleh pengetahuan ini dari pengalamannya. Pengetahuan seperti ini oleh M. Hatta disebut pengetahuan pengalaman. Tetapi ia tidak mengathui mengapa pasang naik pada bulan purnama dan surut pada bulan mati. Dengan kata lain, ia tidak mempunyai pengetahuan (knowledge) tentang ilmu pengetahuan (science) yaitu pengetahuan yang menerangkan pengetahuan pengalaman itu. Pengetahuan itu mencakup baik knowledge maupun science, seni dan teknologi.
Pada dasarnya ada dua cara yang dipergunakan oleh manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah dengan mendasarkan diri pada rasio dan yang kedua mendasarkan diri pada pengalaman. Kaum rasionalis mngembangkan faham rasionalisme, sedangkan yang kedua mengembangkan faham empirisme. Sesuatu yang benar menurut idealisme didapatkan oleh manusia dengan cara memikirkannya. Ide bagi kaum rasionalis itu bersifat apriori yang mendahului pengalaman.
Selain dari rasio dan pengalaman pengetahuan yang banar dapat pula diperoleh melalui instuasi atau wahyu. Namun, intuisi ini bersifat personal dan tidak bisa diramalkan, sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur.
B. Teori, Proposisi dan Konsep
1. Teori
Ilmu pengetahuan terdiri atas seperangkat teori dalam bidang tertentu dengan teori itu kita dapat “mmbaca” kenyataan kenyataan empiris yang terjadi sekitar kita fakta empris yang sama dapat diceritakan oleh beberapa orang dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan “kacamata “ teori yang mereka pergunakan. Tanpa taeri , kiata menjadi “buta” tentang peristiwa peristiwa empiris yang terjadi disekitar kita. Sebaiknya, tanpa diperhadapkan dengan peristiwa-peristiwa empiris sesuatu teori akan menjadi lumpuh. Karena teori sangat penting dalam kaitannya dengan penelitian empris, maka perlu kita mempunyai pemahaman yang sama tentang teori.
2. Proposisi
Proposisi merupakan bahan untuk membentuk teori dan mebutuhkan konsep sebagai bahan bakunya. Suatu proposisi mempunyai makna teoretis jika ia dibentuk dari konsep-konsep kunci suatu disiplin ilmu pengetahuan.
3. Konsep adalah istilah tau symbol yang menunjuk pada suatu pengertian tertentu rambu-rambu lalu lintas adalah symbol dan symbol itu menunjuk pada suatu pengertian tertentu yang perlu dipahami dan dipatuhi sebagai suatu per-aturan. “Sekolah” adalah istilah dan istilah ini mengingatkan kita pada suatu yang kongkret seperti gedung, guru , murid, pelajaran dan sebagainya.

C. Metode ilmiah dan metode Akal sehat
Metode penilitian ilmiah sering dibedakan dengan metode kal sehat (common sense) treutama dalam proses penilitiannya. Proses penelitian ilmiah bersifat empiris, terkendali analisis dan sistensis. Cirri-ciri ini secara terpadu tidak terdapat pada metode kal sehat .
D. Pengertian Penelitian Ilmiah
Penelitian ilmiah sebagai proses bertanya menjawab memperhatikan peristiwa-peristiwa empris dan kerangka berpikir teoritis tertentu. Peristiwa-peristiwa empris sebagai pusat perhatian dapat dibedakan atas segala-segala alam dan gejala-gejala sosial. Gejala-gajala alam adalah peristiwa-peristiwa yang berlangsung di alam bukan karena perbuatan manusiasecara langsung, misalnya gempa bumi, meletusnya gunung berapi dan banjir. Fenomana sosial adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun kelompok. Penilitian terhadap gejala-gejala seperti itu disebut penilitian sosial.
E. Tipe Penilitian
Seperti ini disebutkan sebelumnya, penelitian bertitik tolak pada pertanyaan, bukan pernyataan. Jawaban dari suatu pernyataan akan dipertanyakan lagi sehingga kita sampai pada pernyataan yang paling mendasar. Pernyataan dasar tersebut menentukan tipe penelitian yang hendak dilaksanakan ada 3 pernyataan dasar yang menentukan tipe peneitian secara empiris yaitu apa, bagaimana, dan mengapa.



F. Manfaat Penelitian
Pengertian penelitian mengandung 2 manfaat penelitian Yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian yang bertitik tolak dan meragukan suatu teori tertentu disebut penelitian verifikatif. Keraguan terhadap suatu teri muncul jika teori yang bersangkutan tidak bisa lagi menjelaskan peristiwa-peristiwa actual yang dihadapi. Pengujian terhadap teori tersebut dilakukan melalui empiris dan hasilnya bisa menolak atau mengukuhkan atau merevisi taori yang bersangkutan.
2. Manfaat Praktis
Pada sisi lain penelitian bermanfaat pula untuk memecahkan masalah-masalah praktis mengubah lahan kering menjdai lahan yang subur, mengubah cara kerja supaya lebih efisien dan mengubah kurikulum supaya lebih berdaya guna bagi pembangunan sumberdaya manusia merupakan contoh-contoh permasalahan yang dapat dibantu pemecahannya melalui penelitian ilmiah.
Kedua manfaat penelitian tersebut merupakan syarat dilakukan suatu penelitian sebagaimana dinyatakan dalam rancangan (desain ) penelitian
G. Hakikat Penelitian
Penelitian atau riset adalah terjemahan dari bahasa Inggris research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari bahasa Perancis recherche.Intinya hakekat penelitian adalah “mencari kembali”.

Definisi tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima” .
Dalam buku berjudul Introduction to Research, T. Hillway menambahkan bahwa penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut”. Ilmuwan lain bernama Woody memberikan gambaran bahwa penelitian adalah “metode menemukan kebenaran yang dilakukan dengan critical thinking (berpikir kritis)”.
Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah (scientific method) atau non-ilmiah (unscientific method). Tapi kalau kita lihat dari definisi diatas, penelitian banyak bersinggungan dengan pemikiran kritis, rasional, logis (nalar), dan analitis, sehingga akhirnya penggunaan metode ilmiah (scientific method) adalah hal yang jamak dan disepakati umum dalam penelitian. Metode ilmiah juga dinilai lebih bisa diukur, dibuktikan dan dipahami dengan indera manusia. Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah (scientific research).
1. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berguna untuk memperoleh penemuan-penemuan yang tidak terduga sebelumnya dan membangun kerangka teoritis baru. Penelitian kualitatif biasanya mengejar data verbal yang lebih mewakili fenomena dan bukan angka-angka yang penuh prosentaase dan merata yang kurang mewakili keseluruhan fenomena. Dari penelaitian kualitatif tersebut, data yang diperoleh dari lapangan biasanya tidak terstruktur dan relative banyak, sehingga memungkinkan peneliti untuk menata, mengkritis, dan mengklasifikasikan yanglebih menarik melalui penelitian kualitatif. Istilah penelitian kualitatif, awalnya beraasal dari sebuah pengamatan pengamatan kuantitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif (Suwardi Endraswara, 2006:81).
Menurut Brannen (1997:9-12), secara epistemologis memangada sedikit perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jika penelitian kuantitatif selalu menentukan data dengan variabel-veriabel dan kategori ubahan, penelitian kualitatif justru sebaliknya. Perbedaan penting keduanya, terletak pada pengumpulan data. Tradisi kualitatif, peneliti sebagai instrument pengumpul data, mengikuti asumsi cultural, dan mengikuti data.
Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif. Penelitian kualitatif mencakup berbagai pendekatan yang berbeda satu sama lain tetapi memiliki karakteristik dan tujuan yang sama. Berbagai pendekatan tersebut dapat dikenal melalui berbagai istilah seperti: penelitian kualitatif, penelitian lapangan, penelitian naturalistik, penelitian interpretif, penelitian etnografik, penelitian post positivistic, penelitian fenomenologik, hermeneutic, humanistik dan studi kasus. Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif.
Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit.




2. Penelitian Kuantitatif
Menurut August Comte (1798-1857) menyatakan bahwa paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Karena penolakannya terhadap unsur metafisis dan teologis, positivisme kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian dari Materialisme (bila yang terakhir ini dikontraskan dengan Idealisme).
Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar (reason). Secara epistemologis, dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma, bahwa sumber pengetahuan paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih khusus lagi hal-hal yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience). Hal ini sekaligus mengindikasikan, bahwa secara ontologis, obyek studi penelitian kuantitatif adalah fenomena dan hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena (general relations between phenomena). Yang dimaksud dengan fenomena di sini adalah sejalan dengan prinsip sensory experience yang terbatas pada external appearance given in sense perception saja. Karena pengetahuan itu bersumber dari fakta yang diperoleh melalui pancaindera, maka ilmu pengetahuan harus didasarkan pada eksperimen, induksi dan observasi (Edmund Husserl 1859-1926).
Sejalan dengan penjelasan di atas, secara epistemologi, paradigma kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu itu terdiri dari dua, yaitu pemikiran rasional data empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi dan korespondensi. Koheren besarti sesuai dengan teori-teori terdahulu, serta korespondens berarti sesuai dengan kenyataan empiris. Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dari proses perumusan hipotesis yang deduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara epistemologis, pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus; logico, hypothetico, verifikatif.

3. Tindakan
Tindakan adalah suatu perbuatan yang dilakukan dalam penelitian guna mencapai penelitian yang senpurna. Tindakan ini dimaksudkan agar peneliti mengetahui dengan jelas bahwa ada beberapa ketentuan dalam melakukan tindakan penelitian. Seperti halnya penelitian kualitatif dan kuantitatif, tindakan termasuk aspek yang perlu dikaji oleh seorang peneliti. Tindakan merupakan salah satu ketentuan dalam penelitian.









Daftar Pustaka :
1. Suriasumantri, JujunS.1985. Filsafat Ilmu :Subuah Pengantar Populer Jakarta : Penerbit Sinar Harapan
2. Hatta M. 1960. Pengantar ke dalam Elmu pengetahuan Jakarta PT Pembangunan
3. Nan Lin 1976. Faundations of Social Research New York : McGraw-Hill Book Company
4. Hadi, Sutrisno 1978. Metodologi research jilid I Yogyakarta: Yayasan penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gdjah Mada.
5. Nazir, Moh.1985 Metode Penelitian Jakarta Ghalia Indonesia.

Senin, 05 April 2010

DESAIN PENELITIAN

A.Pendahuluan
Desain penelitian merupakan cetak biru yang menentukan pelaksanaan selanjutnya. Penyusunan desain ini dilakukan setelah menetapkan topik (judul) penelitian yang akan dilaksanakan
Desain penelitian memaparkan apa, mengapa dan bagaimana masalah tersebut diteliti dengan menggunakan prinip-perinsip metodologis. Pada umumnya suatu penelitian mengandung dua aspek yang saling berhubungan dan merupakan persyaratan untuk suatu penelitian yaitu:
1.Subtansi penelitian
Suatu penelitian menunjuk pada substansi tertentu yang akan diteliti. Masalah yang aakan diteliti harus jelas substansinya. Pada penelitian ilmiah, substansi ini mengacu pada teori tertentu yang berada dalam lingkup suatu ilmu pengetahuan.
2.Metodologi penelitian
Penelitian terhadap substansi tertentu itu harus memenuhi persyaratan metodologi penelitian sebagai suatu proses yang sistematis, terkendali, kritis, dan analisis.
B.Latar belakang
Bagian ini merupakan fondasi dari seluruh proses penelitian karena semua konsep dasar dijelaskan disini. Sering juga bagian ini diberi judul Pendahuluan.
C.Tujuan dan Hipotesis
Tujuan penelitian tersebut akan dipertajam dengan menyusunnya dalam bentuk hipotesis. “sebab kalautidak rendah, maka tidak ada masalah (penyakit) dank arena itu tidak perlu dicari factor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian yang kedua dipertajam dengan sejumlah hipotesis sesuai dengan banyaknya factor yang diduga akan mempengaruhi prestasi studi. Misalkan ada 3 faktor yang mempengaruhi prestasi studi itu menurut pengamtan kita yaitu :
1.Motivasi belajar
2.Latar belakang ekonomi
3.Lingkungan belajar.
D.Kerangka Dasar Penelitian
Dalam rangka dasar penelitian ini diungkapkan semua variabel yang akan diteliti rumusan operasionalisme, yang dilengkapi dengan indicator empiris dan pengukurannya. Kemudian semua variabel tersebut disusun dalam suatu kerangka hipotesis yang memperlihatkan pola hubungan antar variabel yang satu dengan variabel yang lain.
E.Penarikan Sampel
Bagian keempat yang perlu diungkapkan dalam desain penelitian ini dalah perencanaan tentang bagaimana sampel ditarik.
F.Metode Pengumpulan Data
Bagian ini menunjukan bagamana data dari masing-masing variabel yang telah disebutkan diatas dikumpulkan dari sampel penelitian. Dari antara berbagai metode yang telah di pilih yang sesuai sehingga kita mendapat data yang valid dan dapat dipercaya.
G.Analisis Data
Dalam rangka menacapai tujuan penelitian, data yang akan dikumpulkan perlu dianalisis. Rancangan tentang analisis ini perlu diungkapkan dalam bagian ini supaya lebih sistematis, maka aanalisis ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama disebut analisis pendahuluan dan tahap kedua analisis lanjut.
F.Lembar Kerja
Susunan sebuah desain penelitian tentang tiopik yang cukup menarik minat anda salah satu salinan desainnya dikirim kepada penyelenggara program ini untuk ditanggapi dalam rangka peningkatan kompetensi dalam bidang ini.

Desain penelitian yang banyak kita dapati adalah desain survei, case study dan eksperimen.
Berikut ini akan dijabarkan satu-persatu (per posting)

1. DESAIN SURVEI
Suatu penelitian survei atau survei bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi tersebut. Survei dapat digunakan dalam penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif maupun eksperimental.
Mutu survei antara lain bergantung pada:
1.Jumlah orang yang dijadikan sampel
2.Taraf hingga mana sampel itu representatif, artinya mewakili kelompok yang diselidiki
3.Tingkat kepercayaan informasi yang diperoleh dari sampel tersebut
Jadi, soal sampling yakni memilih sejumlah terbatas dari kelompok yang diselidiki itu, sangat penting dalam survei. Untuk itu perlu diadakan sampling menurut cara tertentu.
Memperoleh data yang dapat dipercaya tidak selalu mudah. Kita tak dapat memaksa orang mengatakan yang benar dan sering sangat sukar mengetahui, hingga manakah kebenaran keterangan yang diberikan seseorang. Untuk memperoleh keterangan, dapat digunakan questionnaire atau angket, wawancara, observasi langsung atau kombinasi teknik-teknik pengumpulan data itu. Berdasarkan data itu, dapat diuji kebeneran asumsi atau hipotesis tertentu.

Kebaikan desain survei:
1.Dalam survei biasanya dilibatkan sejumlah besar orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan yang bersifat umum yang dapat dipertanggungjawabkan. Perlu diusahakan agar sampel itu benar-benar mewakili keseluruhan kelompok yang diselidiki.
2.Dalam survei dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data seperti angket, wawancara dan observasi menurut pilihan si peneliti.
3.Dalam survei sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui atau diduga, sehingga sekaligus bersifat eksploratif.
4.Dengan survei peneliti dapat membenarkan atau menolak teori tertentu.
5.Biaya survei relatif murah ditinjau dari besarnya jumlah orang yang memberi informasi. Khususnya bila digunakan angket yang dapat dikirimkan melalui pos, dengan biaya rendah. Bila digunakan wawancara dengan kontak langung kepada sampel, tentu biayanya jauh lebih tinggi.
Kelemahan desain survei:
1.Survei biasanya meneliti pendapat atau perasaan populasi yang tidak mendalam, apalagi bila menggunakan angket.
2.Pendapat populasi yang disurvei antara lain mengenai soal-soal yang mengandung unsur emosi dan politik, seperti pendapat, mudah berubah-ubah dalam jangka waktu singkat karena pengaruh pidato atau ceramah pada calon partai melalui televisi atau tulisan dalam surat kabar.
3.Tidak ada jaminan bahwa angket dijawab oleh seluruh sampel. Besar kemungkinan ada perbedaan antara mereka yang menjawab dan yang tidak menjawab. Kesimpulan yang diambil didasarkan atas jawaban yang masuk saja, tidak sepenuhnya dapat dipercayai sebagai pendapat keseluruhan sampel dan dengan sendirinya pendapat keseluruhan populasi.
Mereka yang memberi jawaban menunjukkan adanya minat terhadap soal yang diteliti atau keterangan yang diminta. Bagaimana pendirian mereka yang tidak menjawab, tidak kita ketahui. Maka kesimpulan atau generalisasi yang kita peroleh hanya dapat diterima dengan sangat hati-hati, walaupun hasil setiap penelitian harus dianggap bersifat sementara yang dapat didukung atau dibantah oleh penelitian kemudian.

PENYUSUNAN DESAIN PENELITIAN

Setelah mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian dan menyelesaikan reviu kepustakaan, peneliti kemudian perlu mengembangkan desain penelitian (research design), yakni rencana atau strategi untuk melaksanakan penelitian. Pada dasarnya desain penelitian adalah deskripsi runtutan logis langkah-langkah penelitian yang mengaitkan data empiris yang akan dikumpulkan dengan pertanyaan awal penelitian. Seringkali desain penelitian selain dipaparkan secara naratif, juga dideskripsikan secara visual dalam bentuk bagan agar terkomunikasikan secara jelas
Penelitian empiris perlu memiliki desain penelitian yang eksplisit, yang secara kasat mata memperlihatkan rencana tindakan (action plan) dari “sini” ke “sana”, dimana “sini” diartikan sebagai pertanyaan penelitian untuk dijawab, dan “sana” adalah jawaban terhadap pertanyaan (kesimpulan). Di antara sini dan sana harus dikembangkan sejumlah langkah-langkah, termasuk pengumpulan dan analisis data relevan.
Desain penelitian dapat dipandang sebagai cetak biru (blueprint) penelitian. Sebagai sebuah rencana, desain penelitian mencakup hal-hal seperti subyek penelitian, penyusunan alat pengumpul data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan akitivitas-aktivitas lain yang menggambarkan langkah dalam proses penelitian. Desain penelitian sangat penting peranannya dalam penelitian. Analisis data yang berkualitas tinggi (misalnya dengan statistika yang kompleks dan software komputer canggih) sekalipun tak akan dapat memperbaiki error mendasar dalam desain penelitian. Desain penelitian yang baik sangat membantu peneliti dalam memahami dan menafsirkan hasil studi dan menjamin bahwa peneliti mendapatkan hasil yang berguna.
Desain penelitian berbeda untuk tipe penelitian yang berbeda. Oleh karenanya desain penelitian kualitatif dan desain penelitian kuantitatif perlu dibahas secara terpisah.

Desain Penelitian Kualitatif.
Peneliti kualitatif melakukan penelitian dalam setting alami, tidak memanipulasi atau mempengaruhi situasi. Sehingga desain penelitian cukup fleksibel dan toleran terhadap penyesuaian sepanjang pelaksanaan penelitian. Oleh karenanya desain penelitian kualitatif sering disebut desain kerja (working design).
Desain kerja adalah rencana awal untuk sebuah pelaksanaan penelitian, yang di dalamnya diputuskan tentang subyek penelitian, situs yang dipelajari, lama waktu pengumpulan data, variable-variabel yang diperhatikan. Misalnya, ketika memperhatikan angka drop-out, sekolah-sekolah khusus yang tepat harus diidentifikasi. Sekolah tidak dipilih secara acak melainkan dipilih karena karakteristiknya, misalnya sekolah dipilih karena dipandang sebagai sekolah dengan angka dropout tinggi. Proses ini disebut purposive sampling, yang berati bahwa unit-unit (sekolah dipilih karena karakteristiknya bersesuaian dengan fenomena yang diselidiki, bukan secara acak). Keputusan yang dibuat tentang siapa yang akan diinterviu atau diamati, misalnya siswa, guru, guru BP juga purposif sifatnya, jadi dapat saja berubah atau berkembang dalam perjalanan sesuai dengan keperluan penggalian informasi. Sekalipun dalam pelaksanaan penelitian kualitatif penyesuaian-penyesuaian senantiasa dilakukan, namun demikian desain kerja sebagai rencana awal tentunya perlu disusun.
Hipotesis kerja
Penelitian kualitatif menggunakan model induksi, yang berarti bahwa pengumpulan data diawali tanpa teori atau hipotesis yang mengarahkannya. Namun demikian peneliti pasti terpengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, pandangan, pengalaman masing-masing, serta informasi yang tersedia tentang masalah penelitian. Oleh karenanya peneliti pergi ke lapangan dengan sejumlah pertanyan dan hipotesis (dugaan-dugaan) yang diantisipasi sebelumnya. Namun demikian sepanjang pengumpulan dan analisis data, pertanyaan, hipotesis-hipotesisnya tadi dapat direviu, dibatalkan, atau diperluas. Sebagai contoh, ketika menyelidiki apa sebab suatu SMA berhasil meloloskan sebagaian besar siswanya ke peguruan tinggi ternama (“SMA berhasil”), peneliti pergi ke lapangan dengan hipotesis bahwa siswa sekolah itu pasti pempunyai kecerdasan di atas rata-rata anak seusianya, kapasitas ekonomi orang tuanya menengah ke atas, fasilitas pendidikan yang lebih baik, pembelajaran yang efektif , dan sebagainya. Selama proses penelitian di antara hipotesis-hipotesis itu mungkin ada yang terbukti, digugurkan, atau dibuat lebih spesifik, tergantung pada informasi-informasi yang berhasil dikumpulkan.

Pengumpulan Data
Pertama yang diperlukan adalah akses pada sumber data dan menetapkan peran peneliti (participant observer atau hanya pengamat). Metode pengumpulan data mencakup observasi, interviu, pengumpulan dan reviu dokumen. Dalam kasus “SMA berhasil” peneliti dapat melakukan:
Interviu Kepala Sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang pengelolaan pembelajaran siswa yang dilakukan.
Interviu siswa untuk menggali informasi tentang bagaimana mereka belajar dan apa faktor-faktor yang memotivasi mereka belajar.
Interviu guru untuk mengetahui bagaimana usaha siswa belajar.
 Mengamati proses pembelajaran untuk mengetahui metode dan pendekatan mengajar yang diterapkan guru, dan sikap siswa dalam proses pembelajaran.
Observasi ruang-ruang belajar untuk mengetahui kondisi fasilitas belajar dan bagaimana fasilitas itu dimanfaatkan.
Interviu orang tua siswa untuk memperoleh informasi tentang bagaimana siswa belajar di rumah.
 Analis dokumen yang memuat data personal siswa, latar belakang sekolah, prestasi belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya, dll.

Rekaman data penelitian kualitatif dipenuhi banyak protokol observasi dan interviu, serta dokumen. Disarankan untuk menyimpan catatan tentang apa yang peneliti lakukan dan apa yang peneliti pikirkan tentang apa yang diamatinya (catatan lapangan atau fieldnotes). Tulisan-tulisan itu dapat pula mencakup kemungkinan bias pribadi peneliti, perubahan desain kerja, dan hipotesis baru yang disarankan oleh data.

Analisis dan interpretasi data
Analisis data penelitian kualitatif dimulai segera setelah pengumpulan data dimulai, karena peneliti secara terus menerus mengecek hipotesis kerjanya. Makin lama penelitian dilakukan, data yang dikumpulkan makin kurang, tetapi pada saat yang sama analisis semakin banyak dihasilkan.
Pada analisis data kualitatif, pembandingan perlu dilakukan terhadap teori awal atau hipotesis kerja. Tahap awal pengumpulan data dapat menyarankan suatu hipotesis atau teori. Dengan semakin banyak data yang dikumpulkan, akan dipastikan apakah hipotesis dan teori yang dipikirkan tadi tadi ditunjang, ditolak, atau dikembangkan. Prosedur triangulasi (mencari sumber-sumber data lain) perlu dilakukan untuk lebih meyakinkan penolakan atau penerimaan hipotesis atau teori tersebut. Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses kategorisasi, deskripsi, dan sintesis.
Gambar 1 memperlihatkan komponen desain penelitian kualitatif. Tetapi perlu dipahami bahwa langkah-langkah penelitian yang dipaparkan adalah sangat terintegrasi dan salingbergantung. Penelitian kualitatif sangat bergantung peneliti (researcer-dependent). Sering dikatakan peneliti sebagai instrumen, yang berati bahwa ketika pengumpulan data berjalan, peneliti mengambil keputusan tentang data apa yang perlu dikumpulkan dan siapa yang di interviu. Inventori interviu dan observasi dalam penelitan kualitatif kurang terstruktur dan kurang terstandarisasi daripada penelitian kuantitatif, sehingga perspektif peneliti berpengaruh kuat dalam penelitian kualitatif.

Desain Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif pada dasarnya mencari hubungan kausal, dalam bentuk eksperimental (dalam banyak kasus berupa quasi-experimental) atau asosiasi (korelasional) dalam rangka menjelaskan relasi antarfenomena. Desain studi kuantitatif selalu menghadapi tiga persoalan mendasar, yakni pengukuran, pengendalian (control) dan keterwakilan (representative). Hal-hal ini harus dipecahkan secara tuntas dalam tahap perancangan jika penelitian ingin menghasilkan kesimpulan yang dapat diterima (acceptable) oleh umum. Kualitas data bergantung pada alat ukur dan prosedur pengukuran. Oleh karenanya jenis alat ukur, bagaimana dikembangkan, bagaimana alat ukur itu diuji keabsahannya (validitas), penting untuk diungkapkan dalam desain penelitian. Pengendalian ditujukan agar relasi kausal antar variable tergantung dan variable bebas yang sedang diteliti dapat disimpulkan secara pasti, terbebas dari bias-bias akibat adanya faktor lain yang dapat berpengaruh. Oleh karenanya bagaimana faktor lain dikendalikan dalam studi kuantitatif perlu dipaparkan dalam desain penelitian. Representasi (kerepresentatifan) suatu sampel menjadi penting dalam studi kuantitatif karena studi ini berusaha menarik generalisasi untuk lingkup populasi berdasarkan fenomena dalam lingkup sampel. Oleh karenanya teknik sampling sangat penting untuk dikemukakan dalam desain penelitian.
Salah satu tujuan desain dalam penelitian kuantitatif adalah mengontrol variable-variabel luar (extraneous varuable) yang potensial berpengaruh. Hal ini dilakukan melalui pembatasan kondisi penelitian, yang disebut juga pengendalian variable. Pengendalian variabel dapat dilakukan melalui: (1) randomisasi, (2) memasukan kondisi atau faktor-faktor luar ke dalam desain sebagai variable bebas, (3) membuat kondisi-kondisi atau faktor-faktor luar tadi konstan, (4) pengendalian secara statistika.
Karakteristik Desain penelitian yang baik dalam penelitian kuantitatif adalah: (1) bebas dari bias, (2) keterpisahan variable-variabel, (3) pengendalian terhadap variabel extraneous, (4) presisi statistika untuk pengujian hipotesis.